Sex, Kamera dan Bunuh Diri

By | Monday, March 26, 2012 Leave a Comment
Dharun Ravi dibesarkan di Plainsboro, New Jersey, di sebuah rumah modern nan luas berlantai kayu dan memiliki kolam renang di halaman belakangnya. Tegap dan atletis, ia adalah anggota tim frisbi. Password komputernya ‘dharunisawesome’. Pada hari ia lulus SMA tahun 2010, orang tuanya menulis di buku tahunan West Windsor & Plainsboro High School: “Dharun sayang, suatu kegembiraan menyaksikan kau tumbuh menjadi anak yang peduli dan bertanggungjawab. Anak hebat..teruslah berusaha. Pegang teguh mimpimu dan berjuanglah selalu untuk mencapai apa yang kau inginkan. Kami tahu kau akan berhasil.”

Satu hari di musim gugur, Ravi berada di ruang pengadilan New Brunswick. Sekitar 50 mil ke utara New Jersey, menunggu dengar pendapat pra sidang. Di dalam ruangan tak berjendela itu, ia duduk diapit dua pengacaranya, memakai stelan warna hitam dan dasi abu-abu bercorak garis. Matanya merah. Meski masih 19 tahun, ia memiliki penampilan yang cukup khas – raut muka dewasa yang samar-samar menyerupai Sacha Baron Cohen. Di salah satu foto masa SMA-nya – berlatar bayangan matahari pukul 5 sore – ia Nampak seperti seorang penyamar.

Ayahnya, Ravi Pazhani, laki-laki kurus dengan kacamata berbingkai logam, duduk di belakangnya. Tidak jauh di sebelah kanan Pazhani adalah Joseph Clementi dan istrinya, Jane. Jane Clementi, dengan poni yang lurus sempurna, dan seuntai kalung berbandul emas. Ia dan suaminya bertubuh tinggi, berkulit pucat, memberi kesan sebagai pasangan yang serasi.  Putra bungsu mereka, Tyler, meninggal tahun lalu – sebuah tragedi keluarga yang menjadi fokus perhatian tiap orang di ruang pengadilan. Bulan September itu, Tyler Clementi dan Ravi adalah teman satu kamar mahasiswa tingkat pertama di Rutgers University, dalam asrama mahasiswa yang letaknya sekitar 4 kilometer dari gedung pengadilan. Beberapa minggu di bulan September itu, Ravi dan teman kuliahnya, Molly Wei, secara diam-diam menggunakan webcam untuk merekam Clementi yang sedang berpelukan dengan seorang laki-laki muda. Ravi menggosipkannya di twitter: ”Aku melihatnya bersama seorang laki-laki. Yay!” 2 hari kemudian, Ravi mempersiapkan ‘perekaman’ berikutnya. Satu hari berikutnya Clementi memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan terjun dari jembatan George Washington.


Kematian Clementi menjadi berita internasional: mencetuskan kegelisahan para orang tua tentang dunia computer, sex, dan kebrutalan anak-anak remaja. ABC News dan kantor-kantor berita lainnya melaporkan bahwa rekaman tersebut telah beredar di internet. CNN mengklaim kalau kamar yang ditempati Clementi dijadikan semacam ‘tempat pingit’ baginya pada hari-hari menjelang kematiannya. Next Media Animation, salah satu perusahan film animasi asal Taiwan, menurunkan kisahnya dalam bentuk kartun, menggambarkan adegan Ravi dan Wei yang terkejut saat melihat Clementi sedang berhubungan sex di bawah selimut. Ellen DeGeneres menyatakan bahwa Clementi dianggap gay di internet dan ia memutuskan bunuh diri. Sesuatu harus dilakukan.

Komentar-komentar penuh kemarahan di dunia maya menuntut penjara seumur hidup bagi Ravi dan Wei, dan alamat serta nomor telefon  Ravi dipublikasikan di twitter. Ravi disebut sebagai penganiaya dan pembunuh. Garden State Equality, kelompok pejuang hak asasi kaum gay di New Jersey, mengumumkan pernyataan, diantaranya, ‘kita diludahi oleh orang-orang di masyarakat, seperti halnya pelajar-pelajar yang bertanggungjawab terhadap pembuatan video itu, yang mengira bahwa menyakiti orang lain adalah semacam olahraga baginya.’ Gubernur New Jersey, Chris Christie mengatakan ,”Aku tidak bisa bayangkan bagaimana dua anak muda itu tidur sementara ia tahu telah ikut andil dalam menggerakkan seorang anak muda memutuskan pilihan yang seperti itu.” Senator Frank Lautenberg dan wakilnya, Rush Holt, keduanya dari New Jersey, menetapkan kasus Clementi dalam Undang-Undang Anti Pelecehan di Perguruan Tinggi. Kasus  Clementi juga menjadi penghubung pada situs It Gets Better Project – berisi kumpulan video monolog online yang mengekspresikan kesedihan sebagai solidaritas kaum gay. Situs  tersebut dirilis satu hari menjelang kematian Clementi, dan dua minggu kemudian, sebagai respon atas kasus bunuh diri Clementi, Billy Lucas, pemuda 15 tahun asal Indiana yang selama bertahun-tahun disebut homo, melemparkan cacian yang antara lain,”Kau tidak pantas hidup!” Pada Bulan Oktober, rekaman video Barrack Obama muncul di situs It Gets Better, ditujukan bagi anak-anak muda yang diganggu dan diejek karena status gay-nya, dan yang akhirnya memutuskan bunuh diri.

Molly Wei, Dharun Ravi, Tyler Clementi
Kasus tersebut berkembang menjadi lebih luas, bahwa pelajar yang mengurung diri di Rutgers itu memutuskan bunuh diri setelah videonya bersama seorang laki-laki diambil secara diam-diam dan diedarkan di internet. Walau begitu, tidak ada pengakuan tentang adanya  posting, pengintipan dan pengurungan diri. Namun pada musim semi itu, tidak lama sebelum Molly Wei membuat suatu persetujuan dengan jaksa, Ravi terkena dakwaan tuduhan melanggar privasi (kejahatan seksual), kejahatan bias (kejahatan kebencian pada satu golongan), penyuapan terhadap saksi dan perusakkan barang bukti. Kejahatan bias itulah yang mendasari pada kejahatan kriminal.  Dugaan sementara, terkait dengan pengintipan tersebut, Ravi melakukan itu dengan tujuan untuk mengusik Clementi disebabkan karena ia gay, atau,  Clementi merasa diusik karena dirinya gay. Ravi tidak didakwa dalam hubungannya dengan kematian Clementi, walau begitu ia mesti menghadapi ancaman hukuman 10 tahun penjara.

Ravi duduk di ruang pengadilan dengan tangan menopang kepalanya. Terlihat otot-otot tangannya yang mengagumkan. Ravi telah empat kali menghadiri sidang sejak tersandung dakwaan itu. Sidang dengar pagi ini bertujuan untuk menetapkan tanggal diadakannya pengadilan dan mempertimbangkan usul sebelumnya yang diajukan Steven Altman, pengacara Ravi.

Hakim Glenn Berman mengumumkan penolakannya terhadap pengajuan pembela untuk mengecek beberapa dokumen milik Negara, termasuk dokumen tertulis – catatan bunuh diri (misalnya) yang mungkin ditemukan bersama barang-barang milik Clementi lainnya di Rutgers. Atas keberatan dari  Julia Mc Clure, pengacara di kantor jaksa penuntut di  Middlesex County, Berman menegaskan aturan lebih lanjut: pembela sebaiknya secara pribadi diberi tahu nama lengkap dari pasangan Clementi pada malam itu. Laki-laki yang dikenal public sebagai M.B., layak untuk dijadikan saksi pihak penuntut.

Ravi jelas kelihatan cemas ketika hakim menunjuknya.Bulan Mei sebelumnya, Berman mengingatkan Ravi kalau pembelaannya telah ditolak oleh Mc Clure. “kau dianggap tak bersalah,” katanya, tapi jika kau terbukti bersalah, hal-hal yang berpotensi pada jatuhnya hukuman akan diperlihatkan.” Untuk tuduhan kejahatan bias itu sendiri, hakim mengancam hukuman 5 – 10 tahun bagi Ravi. Seandainya Ravi menerima tawaran pembela, ia tidak akan mendapat hukuman lebih dari 5 tahun.Berman selanjutnya menanyakan pada Ravi apakah ia faham. Dan Ravi menjawab, ‘Ya.’ dengan suara tinggi yang tak disangka-sangka disusul dengan senyum spontan.

Ravi tidak menyetujui tawaran tersebut. Sidang hari itu selesai. Sidang selanjutnya diadakan tanggal 21 Februari mendatang. Sementara itu Clementi menunggu Ravi dan ayahnya keluar, lalu mereka berjalan di belakangnya dengan bergandengan tangan.


Bersambung...
Newer Post Older Post Home

0 comments: