
Pada usia 23 tahun Horst Faas bergabung dengan majalah Associated Press (AP). Di situlah kemudian reputasinya semakin kesohor sebagai fotografer perang: meliput perang Vietnam dan Laos. Hasil jepretannya di masa perang Vietnam memenangkan penghargaan Pulitzer pada 1965. Setahun kemudian ia mengalami luka berat pada kaki akibat hantaman roket di Bu Dop, Vietnam Selatan.
Tahun 1972, Faas memperoleh Pulitzer yang ke dua kalinya untuk foto-foto masa konflik di Banglades.
Seperti anak muda Jerman umumnya pada masa itu, Horst Faas tidak lepas dari program wajib militer yang dicanangkan Hitler. Dalam wawancaranya di majalah Assosiaction Press (A.P.), Horst mengatakan bahwa kenangan masa kecilnya dipenuhi dengan kelaparan, pengungsian, dan ketakjubannya menyaksikan aksi-aksi pesawat terbang di udara.
Ketika perang berakhir, tahun 1945, keluarganya melarikan diri untuk menyingkir dari kebangkitan Rusia di Berlin. Dua tahun kemudian mereka pindah ke Munich, Jerman Barat.
Di masa pendudukan sekutu, Horst pernah menjadi drummer pada sebuah band jazz di Munich. Usianya 15 tahun saat itu.
Ia menuturkan, ketertarikannya pada fotografi adalah karena faktor ketidak sengajaan. Pasca perang Jerman, ia bekerja di sebuah agensi foto di salah satu kota di Jerman Barat. Kantor tersebut membutuhkan tenaga kerja murah sebagai juru potret. Saat itulah ia mulai bergelut dengan dunia fotografi. Dan pada tahun 1956 ia bergabung dengan A.P
4 tahun kemudian Faas mulai kariernya di garis depan ketika meliput konflik di Congo dan Algeria. Tahun 1962 ia ditugaskan meliput perang Vitenam.
![]() |
Bersembunyi di selokan berlumpur menghindari tembakan pasukan Viet Kong di Bao Trai - 20 mil sebelah barat Saigon. 1 Januari 1966 |
![]() |
![]() |
Vietnam, Maret 1965 |
![]() |
Saigon, 27 November, 1965. |
![]() |
8 Juni 1972, ketika pesawat menyerang secara tiba-tiba di wilayah Vitenam Selatan. |
![]() |
Pasca pengeboman di kedutaan Amerika di Saigon, Vietnam, 30 Maret, 1965 |

Horst Faas meninggalkan Saigon pada 1970 untuk menjalani tugas yang lebih luas, yaitu menjadi 'fotografer keliling' majalah A.P. wilayah Asia, bermarkas di Singapura. Kala itu ia satu tim dengan reporter asal New Zealand, Peter Arnett.
Pada 1972 ia meliput olimpiade Munich, di mana ia menangkap gambar teroris Palestina yang memakai topeng sedang berada di balkon bangunan tempat atlet asal Israel disandera - satu jam sebelum mereka dihabisi di bandar udara.
Di tahun yang sama ia kembali memenangkan penghargaan Pulitzer, bersama fotografer Michael Laurent, untuk foto tentang eksekusi dan penganiayaan di Banglades. Laurent kemudian menjadi wartawan terakhir yang meninggal di masa perang Vietnam, 2 hari sebelum kejatuhan Saigon pada 30 April 1975 ketika bekerja di French Gamma Photo Agency.
40 tahun kemudian, tepatnya 10 Mei 2012, Horst Faas menghembuskan nafas terakhirnya di kota Munich, Jerman, pada usia 79 tahun. Eksekutif editor Kathleen Carroll memujinya sebagai salah satu fotografer paling berbakat di jaman ini. Seorang fotografer pemberani dan editor teguh, yang menghadirkan foto-foto paling panas abad ini. Selain itu, lanjut Carroll, Faas juga rekan kerja yang hebat dan teman yang ramah.
0 comments: