Chungking – Jakarta: Soekarno Sebagai Dramawan

By | Tuesday, June 21, 2011 3 comments
 Masih menyambung artikel sebelumnya, Juni Untuk Soekarno.

Dari 69 tahun masa hidupnya, mungkin banyak yang belum tahu kalau Soekarno, selain berjuang lewat jalur politik, juga lewat sastra drama. Hal itu terjadi pasa masa pembuangannya di Ende dan Bengkulu. Kehidupan Soekarno di Ende, seperti yang ditulis oleh H.D. Haryo Sadongko dalam bukunya yang berjudul Bung Karno dan Pak Harto dari Revolusi ke Korupsi (2006), mengungkapkan: ‘Ketika menjalani pembuangan di Bengkulu, Soekarno tida diawasi terlalu ketat. Dia boleh bepergian ke mana suka asalkan masih dalam radius 40 kilometer dari rumah pengasingan yang ditempatinya. Dan Soekarno memanfaatkan peluang ini untuk terus melakukan agitasi politik kepada masyarakat Bengkulu yang menyambutnya sebagai pahlawan’. Dari situlah tampaknya dapat ditelusuri proses kreatif penulisan naskah-naskah drama Soekarno.

Adalah Agus Setiyanto, salah satu dari sedikit orang yang membahas tentang naskah-naskah drama Soekarno, lewat bukunya yang berjudul Bung Karno Maestro Monte Carlo. Walaupun tidak memuat semua naskah drama yang ditulis Soekarno – baik pada masa pembuangannya di Ende, Flores, NTT tahun 1934-1938 maupun sewaktu di Bengkulu tahun 1938-1942 – namun naskah-naskah yang ada dalam buku tersebut cukup memadai sebagai penelitian awal.

Ada dua belas naskah drama (waktu itu disebut tonil) yang telah ditulis oleh Soekarno semasa pembuangan di Ende, Flores. Namun, kata Agus Sutiyanto, hanya delapan naskah yang mampu diselamatkan. Selebihnya raib entah ke mana. Delapan naskah tersebut adalah Dr. Syaitan, Ero Dinamik, Rahasia Kelimutu, Tahun 1945, Don Louis Pereira, Kutkutbi, Toberro dan Kummi Torro. Sementara ketika di Bengkulu, jumlah naskah yang pernah ditulis tidak diketahui pasti berapa, namun ada beberapa yang bisa disebutkan, yaitu Rainbow (Putri Kencana Bulan), Hantu Gunung Bungkuk, Si Kecil (Klein’ Duimpje) dan Chungking – Jakarta. Naskah yang terakhir itu yang akan saya tulis di sini.

Sedikit tentang Chungking – Jakarta. Drama tersebut ditulis di Bengkulu pada 8 Juni 1941, panjangnya 34 halaman yang terdiri dari 10 bedrijf (babak/adegan). Tokoh-tokoh yang menonjol di situ antara lain sekretaris Jo Ho Sioe, Cen Yit Ciu, Zakir Johan, Abu, Miss Liliwoe, Saminah, Voorzitter, Peningmeester dan Parta. Untuk lebih jelasnya, kalian bisa baca langsung di sini. Semoga terhibur.


Bedrijf (Babak) I

Tian Kung Hui : Layar dibuka. Kelihatan seorang opas (serdadu ) Tian Kung Hui sedang menyapu dan membersihkan meja kursi. Kebetulan hari itu hujan dan guntur. Sesudah selesai membersihkan meja kursi, opas melihat ke kanan dan ke kiri, kelihatan seperti takut dilihat orang. Sesudah diketahui benar tidak ada orang yang melihatnya, lalu diambilnya sebuah bendera kecil dan alas meja. Dengan bendera itu ia menghadap ke paintu sambile memberi isyarat seraya mengibar-ngibarkan bendera tadi. Tak lama sesudah itu, masuklah dengan berturut-turut empat orang bestuur (pengurus) itu. Lantas mereka memberi hormat kepada voorzitter (ketua)-nya.

Voorzitter (ketua) : Sebelum saya membuka vergadering ini, saya minta saya menyebut kode rahasia kita (voorzitter sendiri menyebut matahari, lainnya berturut-turut menyebut bulan, bintang, langit, setelah itu voorzitter menyilakan duduk). Tuan-tuan sekarang diminta membuka kedok supaya mengenal satu sama lain. (Mereka membuka kedok dan melihat satu sama lain dan menutup kedok kembali). Tuan-tuan, kepada sekarang vergadering kita buka dan saya memberitahu kepada Tuan-tuan yang perkumpulan kita Tian Kung Hui atau Syarikat Guntur telah berhasil mengumpulkan uang sebanyak f250.000 guna menyokong tanah darah kita. Kita telah bekerja dengan giat untuk mengumpulkan uang sebanyak itu adalah untuk dikirimkan ke Pemerintah Chungking, guna membantu tanah Tiongkok yang sekarang sedang dalam peperangan melawan musuhnya. Oleh sebab sekarang kita harus lekas mengirimkan dengan lekas uang tersebut, bagaimana caranya mengirimkan uang itu, apa kita kirim dengan telegram, apakah dengan utusan. Menurut pikiran saya lebih baik kita mengadakan utusan. Bagaimana pertimbangan Tuan-tuan?

Penningmeester (Bendahara) : Tuan Voorzitter, dalam pikiran saya lebih baik kita kirimkan dengan telegram saja supaya lekas Pemerintah Chungking menerima, sebab sekarang perlu lekas pertolongan.

Voorzitter (Ketua) : Tuan Penningmeester! Sekarang kita mesti berhati-hati sekali dengan uang ini, sebab kalau uang ini kita kirimi dengan telegram, saya khawatir itu uang tidak sampai, sebab sekarang di Tiongkok dalam peperangan, boleh jadi negeri kita Chungking diduduki oleh musuh. Jadi lebih baik kita mengadakan utusan saja supaya uang jangan terampas oleh musuh. Bagaimana pertimbangan Tuan Yo Ho Siu sebagai sekretaris?

Sekretaris : Pada pikiran saya lebih baik juga mengadakan utusan saja, hanya saya masih bingung, sekarang siapakah yang patut di antara kita untuk menjadi utusan itu, sedangkan pekerjaan kita di sini masih banyak memakai tenaga.

Voorzitter (Ketua) : Kebetulan pula Tuan-tuan, saya punya anak Cen Yit Ciu telah melamar menjadi utusan dan ia sanggup akan membawa uang. Cuma bagaimana syarat-syarat dan perjanjian nanti kita timbang pula. Bagaimana pikiran tuan-tuan?

Sekretaris : O, jadi Tuan punya anak Cen Yit Ciu yang sudah melamar pekerjaan dan sanggup membawa itu uang, Tuan Voorzitter?

Voorzitter (Ketua) : Ya, Tuan Yo Ho Siu!

Sekretaris : Tuan Vorzitter, saya tidak mufakat yang orang luaran, meskipun anak Tuan sendiri. Sebab perkumpulan kita tidak boleh diketahui oleh bukan kelompok kita, Tuan mesti ingat pula, kalau anak Tuan ini nanti tidak menyampaikan uang tersebut atau itu uang ia sia-siakan. Sekarang supaya lekas kita mendapat keberesan, saya minta kepada Tuan-tuan setujukah kita membuat perjanjian yang kuat serta Cen Yit Ciu menjamin atas keselamatan uang itu?

Voorzitter (Ketua) : Bagaimana pertimbangan Tuan Penningmeester?

Penningmeester (Bendahara) : Saya setuju TuanVoorzitter, manakala anak Tuan yang telah melamar itu pekerjaan dan mufakat sekali sebagaimana Voorzitter Tuan Yo Ho Siu, yaitu Tuan Cen Yit Ciu memberikan perjanjian atas keselamatan itu uang.

Voorzitter (Ketua) : Bagaimana Tuan Leden yang lain?

Leden (Anggota) : Mufakat!

Voorzitter (Ketua) : Sekarang bagaimana syarat-syarat perjanjian dan bersumpah, manakala itu uang sampai atau hilang, maka Cen Yit Ciu menebus dengan jiwanya, itulah Voorztel (usulan) saya, Tuan-taun.

Voorzitter (Ketua) : Bagaimana Tuan-tuan Leden, apakah mufakat atas voorztel Tuan Yo Ho Siu?

Leden (Anggota) : Sepakat tuan Voorzitter!

Voorzitter (Ketua) : Opas! Suruh masuk Tuan Cen Yit Ciu yang menunggu di luar!

(Opas ke luar dan lantas masuk lagi serta Cen Yet Ciu dan memberi hormat)

Voorzitter (Ketua) : Tuan Cen Yet Ciu, apakah betul Tuan sanggup membawa uang Syarikat Tian Kung Hui sebanyak f250.000? Dan apakah Tuan sanggup membuat surat perjanjian, manakala uang itu hilang atau tidak sampai ke Pemerintah Chungking, Tuan sanggup menjamin dengan menebus Tuan punya nyawa?
Cen Yit Ciu : Saya sanggup Tuan Voorzitter, semua perjanjian itu. Tetapi, Tuan Voorzitter, saya ada lagi satu permintaan, adalah kalau boleh saya akan membawa seorang teman saya student Indonesia bernama Zakir Johan.

Voorzitter (Ketua) : Cen Yit Ciu, apakah sebabnya maka Zakir Johan akan turut pergi ke Tiongkok sedangkan tempat yang dituju itu sangat berbahaya?

Cen Yit Ciu : Begini, Tuan Vorzitter, Zakir Johan ialah seorang pemuda yang gagal dalam percintaan, untuk menghibur hatinya maka sebab itu ia ingin pergi bertamsya ke negeri jauh.

Voorzitter (Ketua) : Apakah Zakir Joahn boleh dipercaya?

Cen Yit Ciu : Tuan Voorzitter, saya kenal betul dengan Zakir Johan dan lagi tahu betul bahwa ia seorang yang jujur dan selalu tahu akan kewajiban.

Voorzitter (Ketua) : Sekarang Cen Yit Ciu, saya sebagai pemimpin dalam vergadering mesti bertanya dulu kepada vergadering mufakat apa tidak Tuan akan membawa teman.

(Voorzitter (Ketua) berpaling pada Leden (anggota) yang lain dan bertanya kepada Penningmeester (bendahara)).

Penningmeester (Bendahara) : Saya sangat setuju kalau Cen Yit Ciu membawa teman, sebab kalau ada salah satu bahaya di jalan, salah satu boleh membantu, apalagi perjalanan sangat jauh, dan lagi asal Tuan Zakir Johan sanggup memberi perjanjian juga seperti Tuan Cen.

Voorzitter (Ketua) : Bagaimana pendapat Tuan-tuan Leden yang lain?

Leden (Anggota) : Mufakat, Tuan Vorzitter!

Sekretaris : Saya tetap tidak mufakat, sebab Zakir Johan belum kita kenal, dan bukan pulan led (anggota) perkumpulan kita. Perkumpulan Tian Kung Hui selama ini tetap memegang undang-undang, tidak mengizinkan orang luar masuk. Apalagi saya belum percaya bahwa mereka akan tetap memegang janjinya.

Voorzitter (Ketua) : Tuan Yo mesti ingat pula dan sebagai keterangan Tuan Penningmeester tadi, lebih baik Cen Yit Ciu berteman karena perjalanan ini sangat jauh.

Sekretaris : Saya tetap tidak mufakat, sebab yang menjadi utusan ini ialah masih anak-anak muda. Anak-anak muda lekas benar dapat dipengaruhi dan belum dapat mereka membedakan mana yang baik dan yang buruk. Itulah sebabnya saya tidak mufakat. Tetapi jika Zahir Johan sanggup pula membuat perjanjian dan menjamin manakala itu uang tidak sampai kepada Pemerintah Chungking, ia juga menebus jiwanya. Kalau ia sanggup, saya mufakat.

Voorzitter (Ketua) : Cen Yit Ciu, mana Zakir Johan sekarang?

Cen : Ada di luar, Tuan Vorzitter!

Voorzitter (Ketua) : Opas! Suruh Tuan Zakir Johan masuk.

(Zakir Johan masuk. Semua melihat kepada Zakir Johan).

Voorzitter (Ketua) : Tuankah yang bernama Zakir Johan?

Zakir Johan : Benar, Tuan Voorzitter!

Voorzitter (Ketua) : Apakah Tuan sanggup menemani Tuan Cen Yet Ciu dan sanggupkah Tuan manakala uang itu hilang atau tidal sampai pada Pemerintah Chungking, Tuan akan menebus dengan Tuan punya jiwa?
Zakir Johan : Saya sanggup, Tuan Voorzitter!

(Dalam pada itu sekretaris telah membuat surat perjanjian).


Surat Perjanjian

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya Cen Yit Ciu dan Zakir Johan tinggal di Pancoran No. 15, Jakarta, mengaku dengan sungguh kami berdua menerima uang dari Syarikat Rahasia Tian Kung Hui banyaksnya f250.000 dan kami sanggup membawa uang yang tersebut kepada Pemerintah Chungking. Jika uang tersebut hilang atau tidak sampai kepada Pemerintah Chungking, kami berdua sanggup menebus dengan kami punya jiwa. Kami yang bertanda tangan di bawah ini.

Zakir Johan                                                                                                                       Cen Yit Ciu

Jakarta, 8-6-1941


Sekretaris : Dan sekarang untuk menguatkan janji itu, kita harap Tuan berdua suka membubuhi tanda tangan di bawah ini dengan Tuan punya darah sendiri, supaya kukuh dan kuat perjanjian kita.
Cen dan Zakir : Baik, Tuan!

Sekretaris : Tuan Cen dan Zakir, tekenlah Surat Perjanjian.

(Cen dan Zakir masing-masing mengambil darahnya untuk membubuhi tanda tangan masing-masing. Setelah selesai meneken, voorzitter menyerahkan uang.

Voorzitter (Ketua) : Tuan Cen dan Tuan Zakir terimalah uang ini, banyaknya f250.000, dan sampaikan kepada pemerintah Chungking, sampaikan juga hormat kami kepada Pemerintah Chungking, mudah-mudahlan cita-citanya berhasil dan kami di sini tak berhenti bekerja terusuntuk membantu mengumpulkan uang dan lagi berhubung dengan besok pagi ada kapal berangkat ke Tiongkok, berangkatlah Tuan berdua besok pagi, sedialah untuk perjalanan dengan selamat.

(Cen dan Zakir menerima uang dan mengucapkan terima kasih serta member hormat, terus keluar)

Voorzitter (Ketua) : Sekarang pekerjaan kita telah selesai. Dari itu kalau ada pertanyaan lain-lain Tuan-tuan kemukakan.

(Semua tidak menjawab, kecuali Tuan Yo Ho Siu).

Sekretaris : Tuan Voorsitter! Berhubung pekerjaan kita telah selesai, dan kami telah bekerja dengan tidak mengenal susah dan payah, dari itu saya minta pada Vergadering member verlof (cuti) satu bulan untuk saya.

Voorzitter (Ketua) : Bagi saya tidak ada keberatan, da ke manakah maksud Tuan verlof satu bulan itu?
Sekretaris : Saya akan pergi ke Singapur untuk mengawasi pekerjaan.

Voorzitter (Ketua) : Bagaimanakah Tuan-tuan Leden yang lain permintaan Tuan Yo Ho Siu itu?

(Semua leden (anggota) sepakat)

Voorzitter (Ketua) : Tuan Yo, permintaan Tuan kami kabulkan dan harap sesudah satu bulan verlof Tuan lekas kembali, sebab masih banyak pekerjaan yang akan kita bereskan.

Sekretaris : Baik Tuan Voorzitter !

Voorzitter (Ketua) : Tuan-tuan, berhubung tidak ada pertanyaan apa-apa lagi maka vergadering saya tutup.

(Voorzitter menjatuhkan palu, dan masing-masing meninggalkan vergadering, kecuali Yo Ho Siu setelah melihat tidak ada lagi orang di dalam zaal vergadering, maka ia memberi isyarat kepada Abu. Setelah itu, Abu masuk seperti ketakutan.

Yo Ho Siu : Engkau Abu?

Abu : Ya, Tuan Yo.

Yo Ho Siu : Abu! Tadi vergadering Tian Kung Hui telah memutuskan membawa uang f250.000, yang dikirim ke Tiongkok itu ialah dua pemuda Cen Yit Ciu dan Zakir Johan. Jadi maksud say, inilah masanya kita akan mendapat kesempatan akan memiliki uang itu. Apakah engkau tidak mengira-ngira betapa senangnya dan gembira kita, manakala uang itu kita yang mempunyai.

Abu : Apakah maksud Tuan Yo mengatakan kepada saya.

Yo Ho Siu : Abu, kita mesti rampas itu uang. Dengan jalan ini tentu kita menjadi kaya raya. Mengertikah engkau?

Abu : Sekarang saya mengerti Tuan Yo, janganan uang f250.000, dengan uang 15 sen saja Abu sanggup mengerjakannya. Tetapi Tuan Yo, apakah lebih baik sekarang juga kita merampas uang itu, hal ini Tuan serahkan saja kepada saya.

Yo Ho Siu : Abu, Abu, jangan Abu. Kalau di sini kita merampasnya sudah tentu kita lekas ditangkap polisi dan rahasia kita terbuka. Kebetulan Abu tadi saya minta verlof satu bulan untuk pergi ke Singapur. Dengan jalan ini kita akan mengikuti mereka sampai ke Tiongkok dan di sana nanti kita akan merampasnya dam keadaan genting Tiongkok, mengertikah engkau, Abu?

Abu : Mengerti, Tuan Yo. Baik, saya menurut Tuan Yo.

Yo Ho Siu : Nah, sekarang bersiaplah engkau, sebab besok pagi dua pemuda itu akan berangkat, dan jangan lupa membawa revolver.

Abu : Baik, Tuan Yo.

Yo Ho Siu : Berangkatlah engkau Abu untuk bersiap, tetapi hati-hati jangan ada yang melihat.

(Abu keluar dengan mengintip-intip kalau-kalau ada orang yang melihat. Dengan perlahan-lahan meninggalkan zaal vergadering)


Layar Turun.



Sumber: Agus Setiyanto, Bung Karno Maestro Monte Carlo. Yogyakarta: Ombak, 2006.

Catatan:

Bedrijf : adegan/babak/bagian
Bestur : pengurus organisasi
Verg : rapat/sidang
Leden : anggota (jamak)
Penningmeester : bendahara
Opas (Oppas) : serdadu
Revolver : pistol
Voorztel : usulan
Verlof : cuti/libur
Vergadering : rapat
Voorzitter : ketua
Zaal : ruang





Newer Post Older Post Home

3 comments:

  1. andai kau masih adda di dunia ini, & terus memimpin negara ini, pasti tak kan terjadi yg tak di ingin kan......??
    I LOVE U SOEKARNO

    ReplyDelete
  2. This thing is constantly bothering me. If anyone is capable of answering this question, then I would be very grateful :) So what do you think ? Can you get pregnant while on depo-provera and having no periods? Thank you very much for constructive information :)


    __________________
    [url=http://enyinflorida.com/phpbb_blog/viewtopic.php?f=2&t=4049&p=122374#p122374]xrumer backlinks[/url]

    ReplyDelete
  3. This thing is constantly bothering me. If anyone is capable of answering that question, then I would be very grateful :) Then what do you think ? What is the name of the outermost layer of the skin? Thank you for valuable information :)

    _____________
    dna moczanowa a ból stawów dna moczanowa leczenie dna moczanowa a ból stawów dna moczanowa a ból stawów

    ReplyDelete