Menghubungkan Titik Titik

By | Saturday, May 28, 2011 1 comment

Musim gugur 1973, tentara Syria mulai mengumpulkan sejumlah besar tank, artileri serta pasukan angkatan darat di sepanjang perbatasannya dengan Israel. Secara bersamaan, dari arah utara, tentara Mesir ogah angkat kaki, malahan memanggil ribuan tentara cadangan dan melakukan latihan militer besar-besaran, membangun jalan dan menyiapkan artileri anti pesawat yang  ditempatkan  sepanjang terusan Suez. Pada 4 Oktober, pasukan pengintai udara Israel mendapati Mesir telah menempatkan persenjataannya ke posisi menyerang. Sore itu, Aman - dinas intelejen militer Israel - mengetahui bahwa armada kapal Soviet di dekat Port Said dan Alexandria telah bergerak, dan pemerintah Soviet mulai menerbangkan penasihat-penasihatnya keluar dari Kairo dan Damaskus. Kemudian, pada pukul 4 pagi tangal 6 Oktober, pimpinan  intelejen militer Israel mendapat telefon penting yang datang dari Negara ‘sumber informasi’ terpercaya, yang mengatakan Mesir dan Syria akan menyerang dalam waktu dekat ini. Para pejabat tinggi Israel segera melakukan pertemuan. Apakah perang benar-benar akan segera terjadi? Pimpinan Aman, Mayor Jenderal Eli Zeira, mencermati semua tanda-tanda dan menyatakan dia tidak berpikir begitu. Terbukti kemudian, dia keliru. Sore itu, Syria menyerang dari Timur, ke arah tentara Israel yang bertahan di dataran tinggi Golan, sementara Mesir menyerang dari arah selatan, membombardir posisi Israel dan mengirimkan 8000 pasukan di sepanjang terusan Suez.  Meskipun telah diperingati berminggu-minggu sebelumnya, pejabat Israel tersentak. Kenapa mereka tidak mampu menghubungkan titik-titik?

Jika kita lihat kembali, dimulai pada 6 Oktober sore hari hingga terus ke belakang, jejak dari tanda-tanda yang menunjukkan adanya serangan telah kelihatan sangat kentara. Kita menyimpulkan bahwa ada sesuatu yang benar-benar salah dengan intelejen Israel.  Di sisi lain, jika kita menengok ke belakang  beberapa tahun sebelum perang Yom Kippur, kemudian bergerak maju setelahnya, me-reka kembali apa yang telah intelejen Israel ketahui dalam urutan yang sama, kemungkinan gambaran yang sangat berbeda akan muncul. Pada musim gugur 1973, Mesir dan Suriah dengan  jelas memperlihatkan seolah-olah mereka sedang bersiap-siap untuk pergi berperang. Meskipun, sepanjang waktu di Timur Tengah, negara-negara selalu tampak seperti akan berperang. Di musim gugur 1971, sebagai contoh, baik Presiden ataupun perdana menteri Mesir menyatakan secara terbuka bahwa saat-saat peperangan akan segera tiba. Tentara Mesir dimobilisasi. Tank-tank beserta peralatan perhubungan dikirim ke kanal (Suez). Posisi menyerang disiapkan. Tapi kemudian, tidak ada yang terjadi. Pada Desember 1972, mobilisasi pasukan Mesir dilakukan kembali. Tentara mati-matian membangun pertahanan sepanjang kanal. Sumber yang sangat dipercaya mengatakan kepada intelejen Israel bahwa serangan akan segera terjadi. Tidak ada apa-apa setelahnya. Pada musim semi 1973, presiden Mesir mengatakan kepada Newsweek bahwa segala sesuatu di dalam negaranya “sedang digerakkan dengan sungguh-sungguh untuk melanjutkan kembali peperangan.” Pasukan Mesir ditempatkan lebih dekat ke kanal. Benteng-benteng pertahanan yang luas dibangun sepanjang Suez.  Termasuk para pendonor darah dipersiapkan. Personil pertahanan sipil dimobilisasi. Pemadaman lampu diterapkan di seluruh Mesir. Sumber terpercaya mengatakan kepada intelejen Israel bahwa serangan sudah dekat. Tapi ternyata itu tidak terjadi. Antara Januari dan Oktober 1973, pasukan Mesir dimobilisasi 9 kali tanpa adanya perang. Pemerintah Israel tidak dapat menggerakkan tentaranya setiap waktu ‘tetangganya’ mengancam perang. Israel adalah negara kecil dengan warga negara tentara. Mobilisasi adalah gangguan juga biaya mahal, dan pemerintah Israel benar-benar menyadari jika tentaranya digerakkan sementara Mesir ataupun Syria tidak serius pada peperangan, tindakan pengerahan tersebut bisa menyebabkan mereka sungguh-sungguh berperang.

Juga tidak terlihat tanda-tanda lain yang luar biasa. Fakta bahwa warga negara Soviet telah dipulangkan hanya menandakan tidak lebih dari perselisihan antara Arab dan Moskow. Ya, sumber terpercaya menelefon pukul 4 pagi, dengan kata pasti penyerangan pada sore hari, meski dua peringatan terakhirnya tentang penyerangan terbukti salah. Sumber informasi menyatakan serangan akan datang pada saat matahari terbenam, dan serangan di malam hari tidak akan memberi cukup waktu untuk mengadakan peperangan udara. Dinas intelejen Israel tidak melihat adanya suatu pola di balik niat negara-negara Arab, dengan kata lain, sebab, sampai Mesir dan Syria benar-benar melakukan serangan pada sore hari tanggal 6 Oktober 1973, niat mereka tidak membentuk suatu pola tertentu. Mereka, dinas intelejen Israel, akhirnya melakukan serangkaian tes yang disebut The Rorschach inkblot test. Sesuatunya menjadi jelas setelah kejadian. Satu petunjuk gamblang yang berulang, hingga serangan mendadak pada 11 September.

Dari beberapa post mortem yang dilakukan setelah peristiwa 11 September, salah satu yang mendapatkan perhatian paling besar adalah “The Cell: Alur di balik peristiwa 9/11, dan mengapa F.B.I dan C.I.A Gagal Menghentikannya”, buku yang ditulis oleh John Miller, Michael Stone dan Chris Mitchell.  Penulis memulai cerita dengan seorang bernama El Sayyid Nosair, warga Mesir yang ditangkap pada November 1990 karena menembak Rabbi Meir Kahane, pendiri  Jewish Defense League, di ballroom Hotel Marriott Manhattan.  Apartemen milik Nosair di New Jersey digeledah dan penyelidik  menemukan 16 kotak arsip, termasuk buku petunjuk latihan dari Army Special Warfare School; salinan-salinan teletype yang ditujukan ke kepala staf, buku petunjuk pembuatan bom, dan peta, yang dicatat dalam bahasa Arab, yang menandakan sesuatu semacam patung Liberty , Rockefeller Center, dan World Trade Center. Berdasarkan ‘The Cell’, Nosair terhubung dengan seorang penyelundup senjata dan orang-orang Islam radikal di Brooklyn, yang bergerak di belakang pemboman World Trade Center  2,5 tahun kemudian yang dirancang oleh Ramzi Yousef,  seorang tokoh yang kemudian ketahuan berada di Manila pada tahun 1994, sedang merencanakan pembunuhan terhadap Paus, penabrakan pesawat ke Pentagon dan C.I.A, serta pengeboman terhadap 12 pesawat internasional secara bersamaan. Dan dengan siapa Yousef  berhubungan selama di Filipina? Mohammed Khalifa, Wali Khan, AminShah, dan Ibrahim Munir, semuanya berjuang bersama-sama, bersumpah setia kepada, atau bekerja untuk milioner Saudi Arabia bernama Osama bin Laden.

Miller adalah koresponden jaringan televisi selama 10 tahun terakhir, dan bagian terbaik dari ‘The Cell’ menceritakan pengalaman dirinya dalam mengulas kisah teroris. Dia reporter yang luarbiasa. Pada serangan World Trade Center  yang pertama, di bulan Februari 1993, ia meletakkan kamera di atas dasbor mobilnya dan mengikuti gelombang kendaraan gawat darurat menuju kota (Di tempat kejadian pemboman, dia terus dibuntuti sekawanan reporter yang memutuskan bahwa itu adalah cara terbaik untuk mengetahui apa yang sedang terjadi dengan mencoba menguping percakapannya). Miller menjadi teman agen F.B.I yang mengepalai kantor anti teror New York – Neil Herman dan John O’Neill – dan dia menjadi terobsesi dengan Al Qaeda sebagaimana dua orang itu. Dia sedang berada di Yaman, bersama F.B.I, setelah Al Qaeda mengebom U.S.S Cole pada 1998 di Hotel Marriott di Islamabad. Bersama juru kamera, ia bertemu seseorang yang mengenalkan dirinya sebagai Akhtar, yang dengan penuh semangat membawa mereka menyeberangi perbatasan menuju bukit Afghanistan untuk mewawancarai Osama bin Laden. Di dalam ‘The Cell,’ periode sejak 1990 hingga peristiwa 11 September berjalan mulus. Sebuah pertanyaan yang sangat mengena tentang perkembangan Al Qaeda; ‘Bagaimana ini bisa terjadi pada kita?’ Buku itu bertanya di halaman pembuka. Jawabannya, menurut penulis, dapat ditemukan dengan mengikuti ‘benang’ yang menghubungkan pembunuhan Kahane hingga peristiwa 11 September. Seperti halnya dalam peristiwa – peristiwa yang terjadi pada dekade lalu, mereka menyatakan, ada ‘pengulangan pola’ yang cukup jelas.

Argumen yang sama dibuat oleh Richard Shelby, wakil kepala Komisi Intelejen Senat, dalam laporan penyelidikan tentang peristiwa 11 September, yang dirilis akhir Desember ini. Laporan tersebut cukup terang dan kredibel, yang mana Shelby dengan susah payah menunjukkan semua tanda yang hilang atau disalahtafsirkan yang mengarah ke serangan utama para teroris. C.I.A tahu bahwa dua tersangka mata-mata Al Qaeda, Khalid al-Mihdhar dan Nawaf al-Hazmi, telah memasuki Amerika, tapi C.I.A tidak memberitahu F.B.I atau N.S.C. Kantor F.B.I di Phoenix mengirimkan memo ke markas besar yang dimulai dengan kalimat ‘Tujuan dari komunikasi ini adalah untuk memberitahu biro di New York dari kemungkinan Osama bin Laden mengirimkan ‘murid-muridnya’ ke Amerika Serikat untuk mengikuti kuliah ilmu penerbangan sipil di universitas-universitas.’Tapi F.B.I tidak pernah mangambil tindakan dari informasi tersebut, dan gagal menghubungkannya dengan  laporan-laporan yang menyatakan bahwa teroris tertarik untuk menggunakan pesawat  sebagai senjata. F.B.I menahan seorang yang dicurigai sebagai teroris, bernama Zacarias Moussaoui atas sikapnya yang mencurigakan di sekolah penerbangan. Tapi pihak F.B.I tidak mampu memadukan kasus tersebut hingga menjadi gambaran yang lebih luas dari sikap para teroris. ”Permasalahan paling mendasar adalah intelejen kita tidak mampu ‘menghubungkan titik-titik’ yang ada sebelum peristiwa 11 September, 2011, tentang ketertarikan teroris  menyerang symbol Amerika sebagai targert,” ungkap Shelby dalam pernyataan laporannya. Kalimat ‘menghubungkan titik-titik’ muncul sangat sering dalam laporan hingga menjadi semacam mantra. Ada suatu pola yang sangat terang, seandainya mau menengok pada peristiwa-peristiwa di masa lalu. Namun, dinas intelejen kebanggaan Amerika tidak mampu melihatnya.

Newer Post Older Post Home

1 comment:

  1. artikel ini menjelaskan tentang bagaimana itu semua terbentuk'
    terus kemudian aknkah tidak di bahas juga...secara lebih jauh
    tentang kejanggalan kejanggalan yang terjadi di balik 11 september
    sebab saya rasa artikel ini masih dalam satu fase...pandangan'

    ReplyDelete