Ratko Mladic: Anak Baru di Universitas Den Haag

By | Saturday, May 28, 2011 Leave a Comment
Guernica, Oradour, Katyn, Auschwitz hanyalah awal dari rangkaian ritual kejam Eropa abad 20. Daftar itu memanjang hingga akhir penghujung abad yang mencakup Srebrenica, sebuah kota kecil di dekat sungai Drina yang menjadi perbatasan sebelah timur Bosnia dengan Serbia.

13 Juli 1995, sebuah aksi terakhir setelah 42 bulan perang Bosnia berlangsung, Jenderal perang Serbia Bosnia, Ratko Mladic, yang telah melakukan pengepungan selama 2 tahun terhadap satu daerah kantong berisi 40 ribu penduduk muslim, menyerang.

Sebuah penaklukan brutal yang memalukan di mata dunia. Ratusan tentara penjaga perdamaian dari Belanda ditempatkan di Srebrenica yang telah mendapat status ‘daerah aman’ dari pasukan PBB. Mladic berani bertaruh bahwa dunia internasional terlalu pengecut untuk menepati janjinya melindungi daerah kantong tersebut.

Inilah yang terjadi kemudian. Sebrenica memperoleh tempatnya yang suram dalam sejarah. Takut terhadap seorang komandan yang memiliki reputasi sebagai psikopat pendendam, para laki-laki melarikan diri ke bukit dan hutan, mencoba mencari selamat di kota Tuzla. Selama lebih dari 10 hari, hampir 8.000 dari mereka ditangkapi dan ditembak dalam sebuah operasi yang menuntut perencanaan dan logistik tingkat tinggi. Satu kejahatan terburuk  dari perang Yugoslavia tahun 1990-an. Drama pembantaian paling keji  di Eropa sejak era Nazi.

Penyelidikan dan penggalian kubur dilakukan setelah itu. Banyak dari korban yang kemudian dimakamkan di sebuah tempat khusus di Potocari, tempat yang sebelumnya pernah menjadi basis pasukan perdamaian Belanda. Pengadilan PBB untuk kejahatan perang Yugoslavia dan pengadilan internasional didirikan sebagai fakta yuridis bahwa pembantaian itu merupakan aksi genosida.

Dalam keputusan pentingnya di tahun 2004, Theodor Meron, hakim Amerika yang memimpin pengadilan di Den Haag, mengatakan: “Berusaha  untuk menghilangkan sebagian dari Muslim Bosnia, pasukan Serbia Bosnia melakukan aksi genosida. Mereka menargetkan kemusnahan 40.000 muslim Bosnia yang tinggal di Srebrenica … Mereka melucuti seluruh tahanan laki-laki muslim, militer maupun sipil, tua dan muda, dari harta benda dan identitas mereka, dan secara terencana dan metodis membunuh mereka semata-mata atas dasar identitas."

Anak baru Universitas Den Haag


Sebuah sel ukuran standar di Scheveningen
Tampak dari luar, tembok-tembok tinggi penjara Scheveningen menjadi bagian dari individu-individu paling jorok dari yang pernah dikumpulkan di satu tempat.

 Lebih dari 40 laki-laki narapidana kejahatan paling menyeramkan ada di situ, dari genosida dan pembantaian terencana terhadap orang-orang tak berdosa hingga pembakaran desa-desa dan penembakan tanpa pandang bulu di kota-kota.

 Meskipun demikian,  dilihat dari dalam, penjara bagi penjahat perang internasional mantan pemimpin Yugoslavia yang terletak di pantai Utara Belanda itu tampaknya merupakan rumah kreatif yang tenang dan nyaman, universitas sungguhan bagi pelajar otodidak. Ada seni dan olahraga, puisi, lukisan, koki, gitar serta lagu-lagu.

 Di balik kawat berduri Scheveningen, sebagian kecil orang-orang Yugoslavia yang selamat, bersama mantan panglima perang, kepala polisi dan politisi, bercampur aduk dalam multi etnis membicarakan beberapa masalah. Mereka saling meminjami pakaian dan buku, memasak untuk satu sama lain dan mengenang masa lalu ketika mereka menjalankan kekuasaan yang mengerikan.

 “Sangat jarang ada ketegangan antar etnis.” ujar seorang pejabat resmi pengadilan.

 “Lingkungan penjara di sini sangat menarik.” kata Ljube Boškoski, seorang mantan menteri dalam negeri Macedonia, kepada wartawan Kroasia. “Sebelum dipenjara, saya  tidak pernah membayangkan kalau saya bisa melukis. Tapi di sini Anda bisa melihat sebagian besar dari karya-karya saya; karya seorang pelajar The Hague school.”

 Anak baru yang mendaftar di 'Hague school' adalah Ratko Mladic, seorang Jenderal Serbia Bosnia yang sedang menunggu ekstradisi ke Belanda untuk menghadapi tuduhan genosida dan kejahatan kemanusiaan. Hakim Serbia telah memutuskan bahwa Mladic pantas dikirimkan ke Den Haag. Sedangkan Mladic akan meminta banding pada hari Senin atas alasan kesehatan.

 Jika dia tiba di gedung-bata-merah di Belanda minggu depan, laki-laki 69 tahun tersebut akan mendapatkan laptop (kemungkinan tanpa akses internet), mesin kopi, kunjungan suami istri dan keluarga, pijat berdasarkan permintaan dan TV kabel di kamarnya yang menyiarkan acara-acara dari Balkan.

Bebas berkeliaran di kompleks dari pagi hingga sore hari, Mladic akan memperbarui kerjasamanya dengan sesama pemimpin Serbia Bosnia, tersangka genosida, dan mantan lawan caturnya, Radovan Karadzic. Kemungkinan Mladic akan bergabung bersama Karadzic di dok ruang sidang No 1 di bangunan bekas perusahaan asuransi yang diubah menjadi pengadilan Den Haag itu, 5 menit berkendara dari penjaranya di pantai utara.

Mereka mungkin dituduh melakukan kejahatan yang amat buruk, tapi rekan Mladic – di atas kertas – adalah orang-orang tingkat tinggi, termasuk presiden, perdana menteri, menteri pertahanan, menteri dalam negeri dan tentara serta kepala intelejen.

Semua warga negara dicampur di seluruh bangunan sel lantai lima sesuai kebijakan aturan, kata pejabat pengadilan, untuk mencegah persekongkolan etnis, permusuhan atau pembentukan mafia.

Ketika Ante Gotovina, seorang jenderal Kroasia yang baru-baru ini dijatuhi hukuman 24 tahun penjara atas penganiayaan orang-orang Serbia, tiba di Scheveningen tahun 2005, musuh bebuyutannya dulu, bekas presiden Serbia Slobodan Milosevic, meminjamkannya baju hangat sebab ia masuk angin, kata Ljube Boskovski yang menghabiskan waktu tiga tahun di sana sebelum dibebaskan dari hukuman kejahatan perang.

Di antara pelajaran yang dipelajari tahanan asal Macedonia sebagai koki adalah membuang bagian dalam dari bawang putih karena menyebabkan gangguan pencernaan. Di samping itu ada juga pelajaran seni. “Kami menggabungkan antara memasak dan seni klasik dunia, puisi. Berbicara banyak tentang itu di dalam sel kecil kami di The Hague. Kami saling bertukar resep.”

* * *

Ratko Mladic adalah yang terakhir diantara tiga orang paling dicari dari perang Bosnia untuk dibawa ke pengadilan.

Mantan komandan Serbia Bosnia itu dibebani 15 tuduhan genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang. Genosida didasarkan pada perintahnya tentang pengepungan Sarajevo, yang berlangsung selama konflik Bosnia dan pembantaian lebih dari 8.000 pria serta anak-anak muslim Bosnia di daerah kantong Srebrenica pada tahun 1995, yang seharusnya telah menjadi suaka PBB. Rekaman film memperlihatkan padanya pada sebuah adegan, sedang meyakinkan para tawanan bahwa mereka aman. Setelah itu mereka dibawa dengan bis menuju tempat eksekusi.

Selain Genosida, Mladic dituduh melakukan kejahatan kemanusiaan: penganiayaan atas alasan politik, ras dan agama; pembantaian; pembunuhan; pengusiran; tindakan tidak manusiawi dengan melakukan pemindahan paksa; aksi-aksi tak berperikemanusiaan dan pembunuhan-pembunuhan. Dia dituduh melakukan pelanggaran terhadap hukum perang, pembunuhan, melawan hukum dengan melakukan aksi teror terhadap masyarakat sipil, perlakuan kejam; menyerang warga sipil dan menyandera pasukan pengawas keamanan PBB.

Mladic muncul untuk terakhir kalinya di depan umum pada satu pertandingan sepak bola di bulan Maret tahun 2000. Dua tahun setelah itu dia terlihat di sebuah upacara pernikahan di Valjevo, Serbia bagian barat, dan ada laporan lain yang menyebutkan bahwa dia pernah menempati rumah musim panas di dekat Pricevici.  Dan sejak itu, informasi tentang dirinya menjadi samar: Ia berada di gunung Kosmaj, selatan Belgrade. Melarikan diri ke Belarus, atau Rusia atau Kazakhstan.

Pada tahun 2006, aparat keamanan Serbia dalam pencariannya terhadap Mladic, melakukan penangkapan terhadap beberapa orang yang dituduh membantu dan bersekongkol dengan Jenderal tua tersebut. Sebuah laporan di koran Politika menyebutkan penangkapan tersebut memungkinkan penyelidik menentukan tujuh alamat di mana Jenderal tersebut tinggal. Semua mengarah ke Beograd.

Salah satunya di sebuah bukit yang menghadap ke kota. Lainnya di Banjica, dekat markas intelijen. Yang lainnya lagi di kompleks apartemen luas di blok menara yang membentuk Novi Beograd (New Belgrade). Tiga diantaranya berada di Yuri Gagarin Street, dalam radius 250 m dari flat tempat Radovan Karadzic - guru besar politik Mladic - tinggal sampai ia ditangkap.

Mladic terbukti lebih yang sulit dipahami dari Karadzic. Jenderal itu tetap merupakan pahlawan bagi sebagian besar masyarakat Serbia, dan berhasil mengandalkan keterlibatan para penduduk, baik pasif atau aktif. Pada tahun 2010 keluarganya mengajukan permohonan hukum baginya untuk dinyatakan tewas.

Dengan penangkapan Karadzic, dan sekarang Mladic, Serbia berpendapat bahwa hambatan utama untuk keanggotaan di Uni Eropa akhirnya terhapus. Sidang Mladic di Den Haag kemungkinan menjadi  berlarut-larut.

Pengadilan di Den Haag tidak pernah mencapai vonis dalam pengadilan Slobodan Milosevic, mantan presiden Yugoslavia. Milosevic, yang pertama dari tiga orang yang paling dicari dari perang Bosnia, diadili atas kejahatan perang, tahun 2001. Kondisi kesehatannya - ia menderita tekanan darah tinggi - serta taktik menunda-nunda, menyelamatkan dirinya dari proses pengadilan sampai ia meninggal tahun 2006.

Karadzic meniru Milosevic - kepala negara pertama yang didakwa dengan kejahatan perang - dengan mengadopsi taktik yang sama. Mladic bisa jadi akan mengikuti.




Newer Post Older Post Home

0 comments: