Di dalam kamarnya, Oswald mengganti pakaian, mengambil pistol dari dalam laci dan menaruhnya di pinggang lalu keluar untuk menuju ke bioskop. Di pintu masuk bisokop itulah, dua orang polisi kemudian mencegatnya.
“Semuanya telah berakhir, Oswald.” kata salah seorang perwira polisi. Kedua polisi itu langsung menarik tangan Oswald. Oswald berontak hingga sempat terjadi adu pukul. Hidung salah seorang perwira polisi berdarah, sedangkan mata sebelah kanan Oswald biru lebam. Oswald berhasil diringkus dan dimasukkan ke dalam mobil.
“Kenapa kalian memperlakukanku seperti ini. Aku hanya membawa pistol ke bioskop. Kenapa aku diborgol? Kenapa aku mesti menyembunyikan mukaku? Aku tidak melakukan hal-hal yang memalukan. Aku ingin pengacara!” Oswald berteriak sementara mobil terus melaju.
15 menit kemudian mereka sampai di kantor polisi. Selama satu setengah jam Kapten Will Fritz menginterogasi Oswald. Tidak lama setelah itu, seorang reporter NBC, Bill Ryan mengumumkan di televisi bahwa Oswald menjadi tersangka utama pembunuhan Presiden John F. Kennedy.
Pukul setengah lima Oswald berbaris di ruangan saksi, lalu kembali berhadapan dengan Kapt. Will Fritz.
“Ketika aku keluar dari Gedung Penyimpanan Buku Sekolah Texas, aku pulang ke kamar kosku. Mengganti baju, mengambil pistol dan pergi ke bioskop.” kata Oswald.
“Kenapa kau membawa pistol?” tanya Kapt. Fritz.
“Kau tahu bagaimana anak muda ketika memiliki pistol, mereka akan membawanya.” jawabnya.
Interogasi terus berjalan hingga satu jam kemudian. Setelah itu ia kembali berdiri di ruang para saksi.
“Aku tidak menembak seseorang!” teriak Oswal dari dalam ruangan.”Aku ingin pengacara, Tuan Abt di New York. Aku tidak pernah membunuh seseorang.”
Satu hari itu, kegiatannya hanyalah keluar masuk ruang saksi, melakukan cap sidik jari, difoto dan diinterogasi hingga pukul setengah dua pagi. Setelah itu baru ia dimasukkan ke dalam penjara untuk istirahat.
Keesokan harinya, setelah ia dibangunkan, kembali Kapt. Fritz menunggunya di ruang interogasi.
“Aku bilang aku ingin menghubungi pengacara Abt, di New York. Dia pembela dalam kasus Undang-Undang Smith tahun 1949, 1950, tapi aku tidak tahu alamatnya. Setahuku ia tinggal di New York.” ucap Oswald.
Tanya jawab berlangsung hingga pukul satu siang. Beberapa saat setelah itu, Oswald dijenguk oleh ibu bersama istrinya, Marina Oswald.
“Tidak. Tidak ada yang bisa Ibu lakukan, Segalanya baik-baik saja. Aku tahu hak-hakku, dan aku akan mendapatkan seorang pengacara. Aku sudah meminta untuk menghubungi pengacara Abt. Jangan khawatir.” kata Oswald kepada ibunya. Sementara itu Marina terus terisak.
“Tidak, mereka tidak memukulku. Aku diperlakukan dengan baik. Kau jangan mengkhawatirkan tentang itu. Apa kamu membawa Junie dan Rachel?” Oswald berkata kepada istrinya.”Ini hanya kekeliruan. Aku tidak bersalah. Banyak orang yang akan membantuku. Ada pengacara di New York yang sudah aku minta tolong.”
Sementara Marina tetap tidak mampu menahan tangisnya.
“Jangan menangis. Tidak ada yang perlu ditangisi. Cobalah untuk jangan memikirkannya. Segalanya akan baik-baik saja. Jika mereka bertanya sesuatu kepadamu, kamu memiliki hak untuk tidak menjawab. Kau punya hak untuk menolak. Kamu faham?”
Marina Oswald mengangguk.
“Kamu tidak perlu khawatir. Kamu memiliki banyak teman. Mereka akan menolongmu. Cium Junie dan Rachel untukku. Aku cinta kamu. Pastikan beli sepatu untuk Junie.”
Selepas kepergian mereka, Oswald kembali memasuki ruang saksi. Menjelang sore, saudara laki-lakinya, Robert Oswald, datang menjenguk. Selama sepuluh menit mereka berbincang tentang keadaan istri Oswald dan dua anaknya. Seorang kepala Asosiasi Pengacara Dallas datang menemui Oswald setelah itu dan mengatakan akan berusaha untuk mencarikan pengacara seandainya pengacara yang diinginkan Oswald tidak mampu ditemukan.
Petang harinya kembali ia bertemu Kapten Fritz selama tiga puluh menit, istirahat sampai pukul 10 malam, dan kembali menghadap Fritz.
“Di Rusia, orang-orang kulit berwarna dapat hidup lebih baik daripada di Amerika.”
Itu adalah kata-kata Oswald terakhir pada tanggal 23 November 1963 sebelum ia dimasukkan ke penjara untuk istirahat malam.
Keesokan harinya, Lee Harvey Oswald ditempatkan di basement kantor polisi setelah mendapat keputusan bahwa hari itu juga ia akan dipindah ke penjara wilayah. Hingga kemudian, menjelang siang, seorang laki-laki berhasil lolos masuk ke kantor polisi dan menodongkan pistol ke arah Oswald. Sementara pada waktu yang sama di Ruangan Timur Gedung Putih sedang diadakan persiapan pemindahan jenazah Presiden Kennedy menuju Gedung Bundar Capitol untuk disemayamkan, dan Jacqueline tengah menaruh sepucuk surat terakhir ke dalam peti mati Presiden Kennedy.
Dalam waktu beberapa detik, peristiwa penembakan itu telah menghancurkan bukan hanya hidup John F. Kennedy dan pemerintahannya, tetapi juga segala keanggunan, pesona, kekuasaan yang telah dibina keluarga Kennedy selama beberapa generasi.
Pembungkaman terhadap tersangka dengan cara sembrono ala mafia seperti yang terjadi pada Oswald menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang tetap saja suram sampai beberapa tahun ke depan. Apa yang sedang terjadi dengan FBI sebenarnya? Bagaimana mungkin seorang pembunuh bisa masuk ke dalam markas polisi? Belum lagi pertanyaan tentang peran CIA di Dallas, bagaimana bisa seorang pemimpin bisa tewas di wilayahnya sendiri? Kecurigaan pun melebar kepada lawan-lawan politik Kennedy di luar negeri semacam Fidel Castro atau Nikita Kruschev. Adakah peranannya dalam peristiwa itu? Seandainya keadaan memang begitu berbahayanya, apakah Kennedy menyadari situasi dirinya saat itu?
Satu pidato yang diucapkan Kennedy di hadapan para wakil organisasi nasional, 5 bulan sebelum peristiwa penembakan itu mungkin mampu memberi sedikit gambaran. Pada pidato tersebut Kennedy melakukan suatu hal yang sangat tidak biasa. Ia membacakan salah satu kutipan pidato seorang tokoh dalam drama karya Shakespeare Raja John, yaitu Blanche dari Spanyol. Kutipan tersebut seolah memberitahukan secara tersirat posisi dirinya saat itu. Kennedy tengah berada di antara arus besar yang menentangnya. Dengan kata lain, Kennedy berdiri sendirian.
Matahari terbenam dalam darah
Hari cerah, selamat jalan
Ke mana aku harus pergi kini?
Aku terikat kepada keduanya
Setiap balatentara mempunyai tangan
Dan dalam kemarahan mereka
Aku yang berpegangkepada keduanya
Diputar-putarnya
Dan terkoyaklah anggota badanku (1).
(1) Pidato Blanche dalam drama Raja John karya William Shakespeare.
< Sebelumnya 1 2 3
0 comments: