Detik Detik Akhir James Bond

By | Thursday, May 19, 2011 Leave a Comment

22 November 1963, pukul 08.35 pagi atau empat jam menjelang peluru menerjang kepala Presiden John F. Kennedy, Jacqueline duduk di depan meja rias kamar hotel Texas, Fort Worth.

“Oh, Mary. Kampanye sehari akan membuat seorang tampak lebih tua tigapuluh tahun.”

Perempuan yang dipanggil Mary hanya tersenyum. Ia tahu apa yang dimaksud oleh Jacqueline. Bagi keluarga Bouvier, leluhur Jacqueline, politik adalah urusan kekuasaan, dan itu hanya ada dalam kehidupan laki-laki. Selama ini Jacqueline memang terkenal sebagai perempuan yang suka bekerja keras, tetapi dalam hal jamuan pesta dan hiburan. Politik adalah kehidupan yang membutanya cepat lelah.

Sejak tibanya di Texas, Jacqueline telah mendampingi suaminya pada tiga acara besar; Meresmikan Pusat Kedokteran Brooks di San Antonio selama 3 jam sejak pukul 01.30 siang, kemudian terbang menuju Houston, berpidato di hadapan masyarakat keturunan Spanyol dengan menggunakan bahasa Spanyol, menghadiri jamuan makan malam hingga pukul 11 lewat, dan menuju Fort Worth, tiba di Hotel Texas ketika jarum jam hampir menunjuk pada pukul 12 malam.

Suara teriakkan dari luar hotel terdengar semakin gaduh. “Mana Jackie. Mana Jackie?” Disusul kemudian suara seorang laki-laki dari pengeras suara,”Nyonya Kennedy sedang mempersiapkan diri. Ia memerlukan waktu yang lebih lama tetapi dengan demikian akan tampak lebih cantik.”

Jacqueline, atau Jackie hanya memutar bola matanya ke atas seraya menurunkan bahu mendengar ucapan laki-laki lewat pengeras suara tadi.

“Yakinkan semua akan baik-baik saja, Nyonya. Anggaplah ini perjalanan menuju jamuan makan malam, hanya saja banyak orang yang berdiri di pinggir jalan. Yang Nyonya lakukan cukup tersenyum, atau melambaikan tangan. Tidak lebih. Bukankah itu jauh lebih mudah daripada berpidato dengan bahasa Spanyol seperti tadi malam?”

Jackie tersenyum lebar menanggapi kata-kata sekeretaris pribadinya itu. Di depan Mary Gallagher, Jackie Kennedy seperti anak remaja. Ia kerap mendapatkan nasihat-nasihat kekanak-kanakkan seperti yang barusan ia terima tadi. Tapi entah mengapa, bersama Mary, ia merasa tidak ada masalah, bahkan ada kenyamanan di situ. Mungkin ini karena kesepiannya menjalani hari-hari di tengah para pejabat Negara yang super sibuk,,atau bisa jadi karena Jackie sebenarnya merindukan sosok ibu. Dan Mary, yang 10 tahun lebih tua darinya, dan kebaikan serta kepekaan perasaannya, dengan sendirinya menempati ruang kosong di hati Jackie.

“Masih hujankah di luar?”

Mendengar pertanyaan itu, Mary segera menuju jendela dan menatap sejenak pada kerumunan manusia yang memenuhi lapangan parkir, yang tetap bertahan di tengah gerimis untuk mendengarkan pidato pemimpin yang mereka kagumi selama ini, John F. Kennedy.

“Ya, masih.” ujar Mary tanpa mengalihkan pandangan ke lapangan parkir.

Lain dengan suaminya, Jackie justru merasa bersyukur dengan datangnya hujan. Dengan begitu mobil yang akan mereka pakai untuk konvoi tertutupi oleh pelindung. Dua hari lalu, Presiden Kennedy merencanakan konvoi kali ini akan membiarkan keadaan mobil terbuka, bahkan pengawalan polisi di kedua sisi mobil dan seorang pengawal pribadi di atas bemper pun ditiadakan.

”Jangan sampai keberadaan pengawal mengganggu pandangan masyarakat terhadap kami. Saya ingin agar wanita Texas dapat menyaksikan betapa cantiknya Jackie.” kata Kennedy kepada para pejabat keamanan Presiden ketika mengadakan rapat persiapan perjalanan ke Texas.

Perjalanan kampanye Presiden Kennedy ke Texas, ditambah dengan keputusannya yang lebih memilih pesona daripada keamanan pribadinya, semakin mengukuhkan bahwa ia adalah pemimpin yang impulsif.

Pemerintahan selama ia menjabat sebagai presiden mencerminkan kepemimpinan sifat pemuda; mengambil keputusan tanpa pertimbangan matang, mudah mengangkat senjata, lebih menghindari birokrasi, pragmatis. Para pengritik kebijakan pemerintah mengatakan bahwa kepemimpinan Kennedy adalah kepemimpinan gaya James Bond; penuh intrik dan suka tebar pesona. Kasus Teluk Babi dan Vietnam adalah contoh nyata.

Di saat pemerintahan Kennedy, berada dalam badai dikarenakan kebijakan-kebijakannya yang cukup merugikan, Jacqueline justru berdiri mantap di tengah-tengah pusarannya. Hal ini berawal dari keengganan Jackie pada dunia politik. Bukan hanya enggan, bahkan sudah mendekati kebencian. Akhirnya, ia lebih memilih menjauhkan diri dari masalah kenegaraan yang berat dan lebih menyibukkan diri pada hal-hal seperti perencanaan jamuan makan malam dengan hiburan-hiburan yang cukup rumit di gedung putih. Selama dua setengah tahun pemerintahan Kennedy, telah tercipta 64 kali jamuan makan yang mana tiap jamuan merupakan hasil kreasi selera tinggi Jackie sepenuhnya. Memakai Jasa koki Prancis, Rene Verdon dengan masakan ikan Salmon yang luar biasa lezatnya, karangan-karangan bunga yang indah karya Jackie sendiri, hiburan musik yang menampilkan tokoh-tokoh terkenal seperti pemain selo Pablo Casals, violis Isaac Stern dan Eugene Istomin di setiap akhir jamuan. Hingga seorang sekelas Perdana Menteri Inggris, Harold Macmillan melukiskannya dengan kata-kata,”Mereka berhasil menyajikan sesuatu yang kami tak memilikinya lagi. Suatu malam agung, yang wajar tak dibuat-buat, dengan wanita-wanita rupawan, musik, busana yang indah gemerlapan, sampanye dan lain sebagainya.” Jamuan makan yang paling terkenal adalah ketika kedatangan Presiden Pakistan, di mana Jackie menyelenggarakannya di Mount Vermont. Jamuan resmi kenegaraan yang pertama kali diadakan di luar Gedung Putih. Para tamu diangkut dengan kapal pesiar keperesidenan, Honey Fitz dan Patrick kennedy menyusuri sungai Potomac.

Selain itu, Jacqueline juga sangat gemar membeli dan mengenakan pakaian yang mahal buatan ahli mode terkenal dunia, yang mana merupakan sifat bawaannya sejak remaja. Di samping menenggelamkan diri dalam aktifitas lainnya seperti, membesarkan dua anaknya yang masih kecil-kecil, mengadakan perjalanan dalam waktu cukup lama sendirian saja, memburu perabotan rumah tangga serta karya seni budaya untuk ditempatkan di gedung putih dan tak ketinggalan menjalani hobi lamanya yaitu berkuda.

Mary Gallagher mencatat, dalam tahun 1961 Jacqueline telah mengeluarkan uang untuk dirinya sendiri sebesar $105.446,14. Tahun 1962, meningkat menjadi $121.461,61, padahal gaji Presiden kennedy waktu itu hanya $100.000 setahun.

Dunia yang tercipta di gedung putih pada masa pemerintahan Kennedy adalah dunia dengan pesta dan hiburan yang berselera tinggi, dan mencapai puncaknya pada pemugaran besar-besaran Gedung Putih. Satu usaha yang kemudian menuai pujian oleh banyak kalangan dan menjadi warisan penting bagi rakyat Amerika.

Jacqueline Bouvier Kennedy adalah symbol kemewahan, keanggunan, keluwesan dan pesona seorang wanita pada masa itu. Yang telah menyumbangkan bagian terbesar dari bentuk pemerintahan Kennedy. Dan keikutsertaan Jackie pada konvoi kampanye di Dallas kali ini adalah hasil dari pertimbangan itu juga, di mana justru akhirnya membawa malapetaka bukan hanya bagi pemerintahan Amerika Serikat tetapi juga bagi keluarga Kennedy hingga ketrurunannya kelak.

George Thomas, seorang pelayan pribadi Presiden kemudian masuk ke kamar hotel tempat Jackie dan sekretaris pribadinya berada, dan mengatakan bahwa Tuan Pesiden telah menunggu di bawah. Jackie yang saat itu mengenakan gaun merah jambu lengkap dengan topinya, turun dengan diikuti oleh Mary Gallagher dan George Thomas menuju lobi hotel. Di dekat pintu hotel Nampak Presiden Kennedy, mengenakan setelan berwarna biru abu-abu, kemeja putih bergaris abu-abu dan dasi warna biru, dikelilingi oleh para pejabat Gedung Putih serta pengawal khusus presiden, tengah memasuki kendaraan yang akan dipakai untuk konvoi.

Tanpa disangka sebelumnya, hujan mendadak reda, dan cuaca berubah menjadi cerah.




2  3  Selanjutnya >


 

Newer Post Older Post Home

0 comments: