Perayaan Setelah Pesta

By | Sunday, April 29, 2012 2 comments
malam pertama
Sumber gambar: Cartoonstock
Para tamu telah meninggalkan tempat sejak satu jam yang lalu. Sementara di dalam kamar, lampu telah kumatikan dan tubuh kami sepenuhnya tertutup selimut kecuali bagian kepala. Kuakui, aku gemetaran saat itu hingga tidak bisa mengirakan di mana letak lobang yang mesti kumasuki hingga akhirnya ia turun tangan untuk membimbingku. Tidak ada kata yang keluar ketika aku melakukan ini semua, kecuali lenguhan istriku saat aku menciumi salah satu bagian tubuhnya. Semua begitu kaku dan sepi.

Kulit wajahnya yang putih bertambah putih lagi karena pucat ketika aku mulai memasukinya lebih dalam lagi, bahkan ia terlihat begitu tegang hingga membuatku gusar dan merasa bersalah. Mesti bagaimana lagi, memang ini yang seharusnya dilakukan, mau menunda kapan pun juga tetaplah harus dihadapi juga, begitu kata batinku. Sebelumnya aku telah menyemprotkan parfum beraroma mawar, juga telah kusebar serpihan-serpihan kelopak mawar di atas ranjang. Aku pernah membaca kalau hal itu bisa mengurangi rasa sakit saat seorang perempuan melakukannya untuk pertama kali.

Ada perasaan tidak tega saat membayangkan kesakitan yang harus ditanggung seorang perempuan ketika keperawanan itu robek dan berdarah. Karena itulah maka aku berusaha untuk cepat-cepat menyelesaikan ini semua.

Namun ternyata pikiranku salah sama sekali. Prosesnya tidaklah semudah yang kubayangkan. Aku melakukan hunjaman pendek tiga atau empat kali sebelum melakukan hunjaman yang lebih dalam. Begitu seterusnya secara berulang-ulang namun tidak juga mampu menembus pertahanannya. Berkali-kali dimasukkan dan berkali-kali pula lolos.

Akhirnya semua usai dan dengan hasil kegagalan pada diriku. Dengan malu-malu aku mengatakan maaf padanya. Dia menjawab, tidak apa-apa, itu sudah biasa. Bahkan ia melanjutkan ucapannya dengan panjang lebar seperti bu guru sedang menerangkan satu pelajaran kepada anak didiknya. Tentu saja aku kaget, ternyata ia jauh lebih berpengalaman dalam hal ini daripada aku.

Ia berbaring memeluk tubuhku. Tidak lama kemudian hasrat itu pun bangkit kembali. Kuciumi bibir dan lehernya, kuelus rambutnya dan aku mulai memasukinya kembali. Melakukan gerakan-gerakan yang sama seperti saat pertama melakukannya tadi. Pada dorongan keras yang ke dua terdengar ia memekik tertahan menahan sakit dan matanya yang tertutup mengeluarkan air mata. Wajahnya begitu pasi hingga aku tidak berani bergerak, khawatir akan menambah rasa sakitnya. Kamu baik-baik saja? Tanyaku. Ia mengangguk perlahan. Namun begitu aku merasa jawabannya itu hanyalah kebohongan belaka. Kemudian secara sangat perlahan-lahan aku tarik setelah itu kupeluk tubuhnya dan kubenamkan kepalanya di dadaku. Kenapa tidak dilanjutkan? desahnya. Sudahlah, kita sudah berhasil dan kita bisa melanjutkannya lain waktu, jawabku. Tiba-tiba ia memelukku sangat erat dan jemari-jemari lembutnya membimbingku untuk memasukinya lagi. Aku kembali melakukannya dengan sangat hati-hati. Istriku melenguh dan mendesah hingga keluar cairan yang dibarengi desahan panjang istriku.

Ia mengecupku bibirku sebelum akhirnya terkulai di dalam pelukanku.

Pukul 3 dini hari aku terbangun. Kudapati istriku masih tertidur dalam posisi semula, memeluk tubuhku dari samping. Kuangkat pelan-pelan setelah itu aku bangkit, mengenakan pakaian serta melangkah menuju kamar mandi.

Keluar dari kamar mandi kudapati ia sudah duduk di tepi ranjang mengenakan piyama. Giliran ia lewat masuk ke dalam kamar mandi. Aku melangkah menuju meja rias dan duduk di hadapan cermin.

Pukul setengah empat kurang ketika ia selesai mandi dan kembali naik ranjang. Pagi itu kami melakukannya lagi. Kali ini lampu tidur di samping ranjang dibiarkan menyala. Dan selimut dibiarkan terbuka setengah hingga punggungku dapat merasakan udara kamar. Seperti biasa aku menciumi bibir, leher, telinga, mengelus rambut dsb. Aku melakukannya atas dorongan naluri sama sekali, dan bukan oleh bayangan-bayangan dalam film-film blue yang sering kutonton sebelumnya. Dan anehnya tidak ada keinginan sama sekali untuk melakukan gaya-gaya seperti itu justru ketika aku memiliki kesempatan yang nyata, malah sebaliknya aku berpikir begitu tidak karuannya melakukan dengan cara seperti itu.

Istriku mulai merasakan nyaman dengan keadaannya. Keberaniannya pun mulai muncul. Ia melingkarkan lengan di pinggangku dan mengambil posisi di atas tubuhku. Lidah dan bibirnya mulai merayap di leher, dada, perut dan terus turun hingga ke pangkal pahaku. Ia benamkan mukanya di situ dan sesaat aku merasakan kenikmatan yang jauh luarbiasa dari bayanganku sebelumnya. Namun tiba-tiba seperti ada suatu kesadaran lain yang mengetukku. Aku langsung bangkit dan kuangkat kepalanya perlahan. Ia menatapku heran, kemudian aku bilang, sudahlah, kamu istriku, kita lakukan semuanya secara wajar. Apa kamu tidak menikmatinya? katanya. Aku jawab, aku menikmati tetapi sebaiknya kita lakukan secara biasa-biasa saja. Ia kembali membenamkan mukanya di antara pahaku dan aku kembali mengangkat kepalanya. Kita melakukan yang bisa kita nikmati bersama-sama, kataku. Tapi aku menikmatinya, katanya. Tidak, kamu tidak menikmatinya, kamu hanya melakukannya untukku.

Kemudian kuraih ketiaknya dan kuangkat tubuhnya serta kurebahkan ia. Sekarang posisiku telah di atasnya. Aku melakukan seperti biasa, memeluknya, mencium dan menjilati tiap sudut tubuhnya. Ya ampun, makhluk macam apa yang ada di hadapanku ini. Begitu mulus dan halus seperti kapas. Sementara itu bibirku mulai merayapi perutnya dan terus turun hingga berada di antara pahanya. Istriku mendesah semakin keras dan aku tambah bergairah hingga hampir saja menghanguskan selimut. Tiba-tiba istriku membalikkan ucapanku tadi. Sudahlah, kita melakukannya secara wajar saja, katanya. Aku tidak menjawabnya dan terus memebenamkan mukaku di antara paha mulusnya itu. Ia bangkit dan bertanya, apakah kamu menikmatinya, Sayang? Kemudian aku menjawab, tentu saja. Tidak, kamu tidak menikmatinya,kamu hanya melakukannya untukku. Aku tersenyum sejenak mendengar kata-kataku yang diucapkan ulang olehnya. Biarkan, aku dilahirkan untuk melayanimu, ucapku kemudian.

Aku kembali merayapi tiap lekuk tubuhnya dan mulai memasukinya. Seperti biasa dengan bimbingan jemarinya yang lembut. Kali ini kuberanikan untuk melakukan hentakan-hentakan yang sedikit lebih keras di antara hentakan-hentakan lembut, dan selalu kutanyakan padanya, apakah itu menyakitkan. Dan ia selalu menggelengkan kepala. Aku terus meyakinkannya untuk tidak memaksakan diri seandainya itu menyakitkan, tetapi ia bersikeras tidak apa-apa bahkan ia merasa sangat nikmat. Aku mengukur ketulusan kata-katanya itu dari suara mendesah yang keluar dari mulutnya. Desahan-desahan itu menghilangkan keraguanku untuk melakukan gerakan-gerakan yang lebih cepat dan keras lagi. Aku melakukannya terus seperti itu sampai selesai.

Ia kembali merebahkan kepalanya di pundakku dan salah satu kakinya naik ke atas kakiku hingga aku bisa merasakan bulu-bulu halus yang tumbuh di bawah perutnya. Dadanya yang lembut dan empuk menyentuh perutku. Kuusapi rambutnya sementara salah satu tanganku memegang HP miliknya, menjawabi ucapan-ucapan selamat yang masuk lewat SMS. Ada ucapan selamat dari seorang laki-laki, kesannya sangat sentimentil. ia bekas pacar kamu mungkin? Apa kamu mau manjawabnya? Tanyaku padanya. Dan ia menjawab --dengan malas tanpa menengok ke arah mukaku, jawablah sesukamu. Beneran? Ucapku untuk meledeknya. Ia mendongak dan menatapku sambil tersenyum, sekarang aku adalah kamu, jawabnya.

Aku peluk tubuhnya dan kami pun melakukannya lagi. Kali ini tanpa tertutup selimut dan membiarkan cahaya lampu menerangi kamar. Setelah selesai ia kembali terkulai, tertidur mendekap tubuhku.

Kuangkat pelan-pelan kepala dan kakinya agar tidak terbangun. Aku beranjak menuju meja rias, meraih piyama bermotif bunga-bunga milik istriku dan memakainya tanpa diikat. Duduk di depan cermin, kunyalakan rokok dan menatap sejenak wajah sendiri, lalu melangkah menuju meja komputer dan menulis kisah ini.
Newer Post Older Post Home

2 comments:

  1. Semoga ini semua menjadi ibadah akang dan teteh. Dan semakin membuat keluarga ini nantinya barokah dan tentu makin indah dengan kehadiran seorang anak.

    ReplyDelete