Mesin-Mesin Pencetak Lagu

By | Monday, April 02, 2012 1 comment
Ester Dean
Ester Dean
Minggu sore yang sejuk di pertengahan Januari, Ester Dean, penyanyi dan penulis lagu, tengah berada di depan Roc Music Studio, Manhattan, untuk sesi pertama dari lima hari penulisan lagu. Aubrey Delaine, si pengatur komposisi, yang mendapat julukan Big Juice, menemaninya. Setelah memesan es kopi di Starbucks di Seventh Avenue, Dean naik ke studio menggunakan lift, melewati lobi di mana terdapat sebuah meja biliar yang tertutup kain tebal warna abu-abu, dan memasuki dua set pintu kedap suara menuju ruang control – ruang tak berjendela yang mirip kokpit pesawat luar angkasa.

Tor Hermansen dan Mikkel Eriksen, tim produser lagu professional asal Norwegia yang dikenal dengan nama 'Stargate', sudah menunggu Dean di ruang kontrol studio. Tubuh mereka tinggi dan kurus. Kepalanya botak serta pucat mirip tokoh film Matrix. Lain halnya dengan Dean, ia berkulit hitam, tidak kurus juga tidak jangkung. Mereka saling menyapa dan berpelukan. Ngobrol sebentar. Dean memiliki suara komikal mirip Betty Boop.

Sepuluh menit kemudian Dean menegaskan pada dirinya sendiri, ‘saatnya bekerja’.

Kebanyak lagu yang diputar di radio top 40 adalah hasil kolaborasi produser Tor Hermansen - Mikkel Eriksen dan penulis lagu Ester Dean. Produser menyusun alur chord, menentukan irama, dan mengaransemen ‘synthesizer’, atau juga menciptakan musik instrument lewat komputer. Sedang penulis lagu menyumbangkan melodi utama, lirik dan semua hook (nada-nada yang enak di telinga yang menjadi ciri sebuah lagu. “Saat ini tidak lagi cukup jika hanya memiliki satu hook dalam sebuah lagu,” kata Jay Brown, pemimpin Roc Nation studio yang sekaligus manajer Dean. “Kami harus memiliki hook sebelum chorus, di chorus itu sendiri, dan di bagian bridge.” Alasannya, ia menjelaskan, orang-orang mendengarkan sebuah lagu 7 menit di radio sebelum mereka mengganti channel. Saat itulah kau harus ‘merangkul’ mereka.”).

Penulis lagu biasanya juga seorang penyanyi, dan sering menampilkan vokal untuk sebuah demo track (draf dari sebuah lagu). Jika lagu tersebut untuk seorang penyanyi tertentu, penulis lagu kadang mesti menyanyikannya dengan gaya artis yang dituju. Tidak jarang produser mengirimkan lebih dari satu track pada penulis lagu, yang mana kerap menciptakan masalah. Seperti di tahun 2009, Beyonce dan Kelly Clarkson memiliki sebuah lagu hit (Beyonce dengan ‘Halo’ yang direncanakan muncul di bulan April, dan Clarkson dengan ‘Already Gone’ yang rencana muncul di bulan Agustus). Keduanya diciptakan dari track yang sama oleh Ryan Tedder. Clarkson kemudian menulis sendiri liriknya , sementara Beyonce kerja bareng Evan Bogart. Tedder lalai untuk mengatakan hal itu pada kedua artis tersebut. Dan ketika Clarkson mendengar lagu Halo, ia sadar apa yang terjadi dan mencoba menghentikan peluncuran ‘Already Gone’ sebagai single sebab khawatir publik akan menyangka ia menjiplak lagu milik Beyonce. Namun siapa peduli, atau mungkin tidak ada yang tahu; ‘Already Gone’ mencetak sukses besar.

Tor Hermansen dan Mikkel Eriksen 'Stargate', dan Roc the Mic Studio
Tor Hermansen dan Mikkel Eriksen 'Stargate', dan Roc the Mic Studio
Para produser biasanya ‘dikuasai’ oleh kaum laki-laki: Max Martin, Dr. Luke, David Guetta, Tricky Stewart, the Matrix, Timbaland, the Neptunes, Stargate (Tor Hermansen and Mikkel Eriksen). Sedang penulis lagu biasanya, meskipun tidak selalu, adalah perempuan: Makeba Riddick, Bonnie McKee, dan Skylar Grey – mereka adalah teman-teman Ester Dean. Seorang produser bertugas mengatur jadwal pertemuan, juga sebagai pengatur sebuah lagu. Meski begitu, penulis lagu-lah penghasil utama percikan yang menentukan meledak atau tidaknya sebuah lagu (baca:smash. Menurut Tricky Stewart, smash berarti pengubah hidup, berbeda dengan hit. “A hit is just a hit; a smash is a life changer.” Eric Beall, pemilik label A&R bersama Shapiro dan Bernstein & Co music publisher, menambahkan, “Penulis lagu adalah orang yang harus berhadapan dengan kertas kosong.” )

Stargate (Tor Hermansen and Mikkel Eriksen) bekerja bersama dengan sekitar 20 penulis lagu tiap tahunnya, dan telah menciptakan kira-kira 80 demo musik: lagu tersebut dikirmkan ke A&R , dilanjut ke manajer artis dan terakhir ke tangan si artis untuk persetujuan. Stargate menghasilkan tidak kurang dari 25 rekaman tiap tahunnya.

Dean adalah pencipta hook yang jenius. Kadang ia mampu menyerap irama dan suara dari sebuah track lagu kemudian membentuknya kembali beserta melodi. Lirik-liriknya lebih terdengar sebagai irama yang divokalisasi ketimbang syair, dan tidak banyak membicarakan makna seperti perasaan atau sikap – lirik-liriknya menyentuh pendengar lebih dekat pada ekstase dengan irama dan tarikan ketika lagu mencapai klimaks. Hook-hook ciptaan Dean yang terbaik dapat ditemukan pada lagu milik Rihanna, Rude Boy (“Come on, rude boy, boy, can you get it up / Come on, rude boy, boy, is you big enough?”), “S&M” (“Na-na-na-na COME ON”), and “What’s My Name” (“Oh, na-na, what’s my name?”), ketiganya diciptakan bareng Stargate sebagai penyusun musik. Juga pada sebuah lagu hit milik Nicki Minaj, “Super Bass” (“Boom, badoom, boom / boom, badoom, boom / bass / yeah, that’s that super bass”) dan sebuah lagu dari David Guetta, “Turn Me On” (“Make me come alive, come on and turn me on”).

“Talk That Talk,” Dean-Stargate berkolaborasi menyanyikan sepenggal track milik Rihanna untuk album terbarunya. “Talk That Talk” diciptakan pada putaran satu progresi chord – F kress minor, E minor, B minor dan D. Aransemen musiknya mencampur genre hip hop 80-an dan melodi ‘pencetak uang’ yang disuarakan oleh penyanyi-penyanyi tahun 90-an semacam Whitney Houston, Mariah Carey, and Celine Dion. Nada hook pertama langsung muncul dalam sebuah chorus pendek yang didahului oleh rap Jay-Z. Kemudian muncul hook utama: “One and two and three and four / come and let me know if you want some more,” irama menggairahkan yang dihasilkan oleh vocal dan dilatar-belakangi dengan synthesizer yang menjadi pembuka chorus. Kemudian muncul sebait lirik yang mengarahkan pada hook ke tiga: “Say what you want, say what you like / Say what you want me to do and I got you.” Kembali lagi ke chorus, kali ini dengan irama yang meninggi diikuti bridge yang mengantar pada hook lainnya lagi: “What you say now, give it to me baby / I want it all night, give it to me baby,” dinyanyikan bersama hantaman snare-drum (yang mana seperti semua instrument lainnya, diciptakan oleh mesin). Bridge juga mengarahkan pada breakdown – perhentian sementara di tengah lagu. Lalu muncul lagi chorus untuk yang terakhir kalinya.

Dalam bekerja, Dean lebih suka menangguhkan sebuah track untuk didengarkan oleh produser hingga ia membawakannya sendiri di studio, di depan mik. “Aku melangkah ke pojokan, berteriak dan bernyanyi, kadang dengan kata-kata tapi kebanyakan tidak,” ungkapnya. “Dan aku akan mengetahuinya ketika aku merasakan udara dingin, di sini” – ia menyentuh lengan bagian atasnya (tepat di bawah bahu) – “Yeah, itulah hook.” Jika ia tidak merasakan udara dingin itu setelah lima menit, dia akan beralih ke track berikutnya, dan mencobanya lagi.

Untuk memperbanyak kedatangan Dean ke Roc the Mic, produser menyiapkan lusinan track. Mereka menciptakannya dengan bernyanyi bersama diiringi keyboard sampai mereka mendapatkan ide – biasanya berupa alur chord atau riff-riff pokok, yang mana kemudian dengan segera mereka bentuk menjadi sebuah track, menggunakan pemrogram suara dan irama yang sangat kompleks. Hermansen menyamakan track ciptaan mereka sebagai sebuah rasa baru yang sedang menunggu minuman atau koki yang tepat, yang datang untuk menyatukan hingga menjadi sebuah produk.

Mereka berencana menyelesaikan satu atau dua lagu bersama Dean di tiap pertemuan. Mengingat catatan sukses yang telah dihasilkan, mereka berani berharap kalau salah satu dari track-track tersebut akan meledak. Yang lain dianggap ‘bagus cuma kurang begitu’. Di dalam Roc the Mic, menulis lagu untuk alasan selain menciptakan hits adalah buang-buang waktu percuma.


Bersambung ...
Newer Post Older Post Home

1 comment:

  1. wah belum terlallu mudeng, apa karena masih awam dengan dunia lagu ya ane. tunggu sambungannya aja ah...

    ReplyDelete