Permintaan, Himbauan dan Nasihat

By | Monday, August 16, 2010 Leave a Comment
no-images"Aku sudah mengingatkan kalian untuk tidak berperang, tidak berbuat kekerasan, tidak menindas, tidak melecehkan. Aku juga sudah meminta kalian untuk saling menghormati, mengasihi, menyayangi, tolong menolong dsb. Kalau kalian masih saja melakukan hal-hal yang menyimpang, itu bukan salahku. Aku sudah mengingatkan. Aku akan selalu suci walaupun kalian terus berbuat kekotoran, bahkan dengan mengatasnamakan Aku. Kalianlah yang kotor, bukan Aku. Kalianlah yang salah menafsirkan, bukan Aku."


Begitulah kira-kira yang dikatakan Tuhan menanggapi kekerasan-kekerasan dunia yang tak kunjung usai.

Syahdan di satu negeri yang sangat jauh, terjadi satu keanehan. Rakyat penghuni wilayah tersebut tiba-tiba saja berubah menjadi gila seluruhnya. Epidemi syaraf tersebut tak tanggung-tanggung, menjalar hingga ke dalam istana. Untunglah raja masih bisa selamat. Akhirnya hanya sang raja sendirian yang masih memiliki otak waras. Namun kewarasannya itu justru membuatnya kalang kabut. Semua perkataan dan perintahnya tidak dihiraukan, bahkan ditertawakan saat itu juga, oleh rakyat dan pejabat negara.

Keadaan kemudian berbalik, rajalah yang justru dianggap gila oleh para pengikutnya.

Setelah frustrasi dengan keadaan yang tidak masuk di akal itu, sang raja bertekad untuk mengusut sendiri apa sebenarnya yang sedang terjadi di negerinya. Maka pagi-pagi sekali ia keluar dari istana, menyamar sebagai rakyat jelata, melebur dalam kehidupan masyarakat untuk memantau apa penyebab kegilaan rakyatnya.

Singkat kata singkat cerita ternyata penyakit syaraf itu timbul dari air yang mereka minum. Merasa penasaran, akhirnya raja tersebut meminumnya pula. Dan tidak lama kemudian sang raja itu pun berubah menjadi gila. Sejak saat itu, pandangan rakyat terhadap sang raja berubah total. Semua ucapan dan perintah sang raja kembali diakui seperti sedia kala. Raja tidak lagi dianggap gila, begitu pun rakyat tidak dianggap gila oleh sang raja. Dan keadaan pulih seperti sedia kala.

Itu adalah cerita klasik yang saya lupa dari mana pernah saya membacanya. Tentang fiksi atau tidaknya, jangan Tanya saya karena tentu saya tidak tahu, dan memang bukan itu yang akan saya bicarakan.

Saya hanya berpikir, mungkinkah negeri kita tercinta ini sedang mengalami hal yang sama dalam cerita tersebut. Cobalah tengok, berapa ribu kali presiden kita meminta, menghimbau dan menasihati baik-baik tapi kenyataannya seolah tidak ada yang mempedulikan. Permintaan-permintaannya dianggap angin lalu.

Beberapa hari yang lalu Presiden SBY meminta kepada para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II untuk tetap fokus bekerja meski menjalankan ibadah puasa. Tidak ada alasan untuk bermalas-malasan di bulan Ramadan, katanya. Bukankah itu permintaan yang sangat baik?

Selain itu beliau juga pernah meminta agar Polri menindak tegas anggotanya yang melanggar hukum. Tentang otonomi daerah, Presiden juga meminta gubernur untuk tidak melakukan penyimpangan. Dan masih sangat banyak lagi permintaan-permintaan beliau yang intinya mengajak pada semua, pejabat Negara khususnya dan warga Negara Indonesia pada umumnya untuk berlaku lurus.

Pun begitu juga dengan himbauan serta nasihatnya. Baru-baru ini Presiden SBY memberikan nasihat pada Paskibraka. "Jauhi sifat dan cara pandang yang justru menghalangi perjalanan kalian ke depan." ujarnya saat memberikan sambutan dalam pengukuhan Paskibraka di Istana Negara, Jl Veteran, Jakarta Pusat, Minggu (15/8/2010) petang.

"Pertama, jangan miliki sifat dan sikap yang skeptis dan pesimis, jangan suka berpikiran negatif dan sinis, jangan pernah mengembangkan sifat burung sangka. Itu meracuni pikiran dan hati."

" jangan terlalu mudah dan murah menyalahkan pihak lain." Beliau menyarankan agar terlebih dahulu introspeksi dan mawas diri.

"Dan jangan menjadi manusia yang tak beriman, percaya pada takhayul dan sifatnya hal-hal yang tidak rasional,"

Selain berpesan 5 sifat negatif yang sebaiknya dihindari, beliau juga berpesan 5 sifat positif yang harus dimiliki para generasi muda.

Pertama, sungguh-sungguh menjadi putra bangsa yang beriman dan berkarakter. Kedua, asah ilmu selalu untuk benar-benar menjadi manusia Indonesia yang cerdas dan rasional. Ketiga, menghadapi zaman globalisasi dan transformasi, para pemuda diharapkan mengembangkan sifat inovatif dan kreatifnya, serta mengembangkan budaya unggul. Tidak sekedar melakukan sesuatu, tapi melakukan yang terbaik. Keempat, tidak ada sesuatu yang mudah diraih. Hampir pasti akan menghadapi masalah, tantangan dan uji coba. Oleh karena itu harus memiliki mental dan semangat harus bisa. Seberapa pun persoalan yang dihadapi, pasti ada solusi. Kelima, menjadi patriot yang bertanggung jawab, cinta Tanah Air. *

Lihatlah bagaimana mulianya beliau, baik dalam permintaan dan nasihat. Tapi kenapa permintaan-permintaan tersebut tak juga kunjung nyata? Sekali lagi saya bertanya pada diri sendiri (saja, bukan pada kalian), apakah negeri ini tengah dilanda wabah seperti yang terjadi pada cerita klasik di atas? Kalau ya, siapa yang gila sebenarnya, pemimpin atau yang dipimpin?

Tapi tidak. Itu hanya prasangka saya saja. Lagipula cerita itu belum bisa dibuktikan kebenarannya. Dalam arti bisa saja hanya takhayul.

Bagaimanapun juga saya terus berusaha yakin bahwa Pak Presiden selalu bersih, meskipun berdiri di atas kekotoran, dosa-dosa, dan kemunafikan para pejabat.

Sebelum saya tutup tulisan ini, saya minta maaf kepada Pak Presiden, karena tidak menghiraukan himbauannya untuk selalu berusaha tidak miliki sifat dan sikap yang skeptis dan pesimis, untuk tidak berpikiran negatif dan sinis, untuk tidak mengembangkan sifat burung sangka. Untuk tidak terlalu mudah dan murah menyalahkan pihak lain. Untuk tidak percaya pada takhayul dan hal-hal yang tidak rasional.

*Detik.com
Newer Post Older Post Home

0 comments: